Kementerian ESDM melalui Badan Geologi telah melaksanakan survei seismik di enam wilayah yang menghasilkan 38 rekomendasi WK migas.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM terus berupaya melaksanakan kegiatan eksplorasi untuk menemukan potensi migas baru. Dengan begitu, ketahanan energi nasional bisa terjaga.
Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono menjelaskan kegiatan eksplorasi yang telah dilaksanakan pemerintah berupa akuisisi data seismik di enam lokasi. Kegiatan tersebut berlangung sepanjang 2015-2019.
Hasilnya, ditemukan 38 wilayah dengan potensi sumber daya migas. Badan Geologi pun berencana melanjutkan kembali kegiatan survei seismik pada tahun depan untuk menemukan sumber daya migas baru.
“Pada 2019-2020 sempat berhenti. Insya Allah 2021 akan mulai lagi,” ujar Eko kepada Katadata.co.id, Rabu (19/8).
Kepala Bidang Migas Pusat Survei Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM Edy Slamento menjelaskan pihaknya bakal melaksanakan satu kegiatan akuisisi seismik 2D pada 2021. Kegiatan tersebut bakal difokuskan di Cekungan Pangkal Bun Selatan.
Eko berharap kegiatan eksplorasi pada tahun depan menghasilkan rekomendasi wilayah kerja (WK) migas. Pada tahun ini, Badan Geologi telah merekomendasikan 12 dari 38 wilayah hasil survei seismik Badan Geologi.
Sebanyak 12 rekomendasi WK migas itu terdiri dari Teluk Bone Utara dengan potensi sumber daya minyak 239,79 MMBO dan gas sebesar 1,16 TCF, serta Misool Timur dengan potensi minyak 69,94 MMBO dan gas 0,26 TCF.
Adapula rekomendasi WK Migas Alsy dengan potensi minyak sebesar 750 MMBO dan gas 0,9 TCF, Mamberamo dengan potensi gas 7,58 TCF, Boku dengan potensi minyak 930 MMBO dan gas 1,1 TCF, Buru dengan potensi minyak 118,54 MMBO dan gas 0,12 TCF.
Aru-Tanimbar Offshore dengan potensi gas 0,14 TCF, Biak dengan potensi minyak 8,44 MMBO dan gas 0,01 TCF, Wamena dengan potensi minyak 263,75 MMBO dan gas 0,4 TCF, serta Sahul dengan potensi minyak 150,75 MMBO dan gas 0,18 TCF.
Selain itu, ada Selaru dengan potensi minyak 4.060 MMBO dan gas 4,8 TCF, serta Arafura Selatan dengan potensi minyak 6.144,54 MMBO dan gas 7,36 TCF.
Selain 12 rekomendasi WK migas itu, lanjut Edy, pihaknya tengah mempersiapkan empat rekomendasi WK migas baru. Keempat wilayah tersebut terdiri dari Sumatera Tengah, Banjarnegara, West Madura dan Buton.
Meski begitu, dia belum bisa menyebutkan jumlah potensi sumber daya migas dari empat wilayah tersebut. “Masih dalam proses pengerjaan, sehingga belum dapat disimpulkan berapa besar potensinya,” kata Edy.
Jika datanya telah lengkap, Badan Geologi akan menyerahkan rekomendasi WK migas kepada Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) untuk dilelang. Jika ada investor yang berminat, wilayah kerja tersebut akan dieksplorasi dan dieksploitasi sehingga menghasilkan tambahan produksi migas nasional.
“Badan Geologi bertindak sebagai penyedia data dasar yang diperlukan untuk meningkatkan minat para calon investor,” ujarnya.
Selain upaya eksplorasi, Kementerian ESDM juga memberikan keleluasaan bagi investor untuk memilih kontrak kerja sama migas. Investor dapat menggunakan kontrak bagi hasil skema gross split atau cost recovery. Hal itu tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2020.
Dengan kebijakan tersebut, pemerintah berharap makin banyak investor yang tertarik mengembangkan WK migas yang telah ditemukan oleh Badan Geologi. Sehingga, produksi migas bisa terus meningkat.
Pasalnya, pemerintah menargetkan bisa mencapai produksi 1 juta barel minyak per hari pada 2030. Padahal, produksi migas Indonesia dalam lima tahun terakhir terus turun.
Pada tahun ini, pemerintah menargetkan lifting migas sebesar 1,94 juta barel setara minyak per hari (BOEPD), yang terdiri dari lifting minyak sebesar 755 ribu BOPD dan lifting gas sebesar 6.670 MMSCFD.
Sedangkan pada tahun depan, asumsi lifting migas hanya sebesar 1,68 juta hingga 1,72 juta BOEPD, yang terdiri dari lifting minyak sebesar 690 ribu hingga 710 ribu BOPD dan lifting gas 990 ribu hingga 1,01 juta BOEPD.